Bertualang di air terjun Campuhan dan menelisik kembali suara hutan.

"Rindu Hutan"

Bertualang di alam seakan menjadi candu bagi saya. Menikmati rimbun pepohonan dan segarnya udara kala  diselingi gemerisik suara angin, rasanya seperti dibisikan sebuah mantra, yang menenangkan jiwa.

Ya, saya pun lahir dari hutan. Di belantara Borneo tepatnya. Dikandung dan dipeluk oleh rimba  lebih dari dua puluh tahun yang lalu. lahir saat hutan dan hasilnya sedang gandrung untuk di gauli, ramai untuk dihabisi.

Saya mengingat kembali kenangan tentang pohon-pohon besar di sana, seraya mata ini tak henti menikmati  hijaunya pepohonan dan lekukan teras siring dari sawah-sawah yang saling bertingkat. Para sawah yang sedari tadi nampak malu-malu bersembunyi di balik rapatnya rumpun bambu yang bergoyang di tiup angin.

Butuh waktu satu jam lebih untuk sampai ke sana. Ya, untuk menikmati salah satu dari sekian banyak pesona alam yang tersembunyi di bumi Bali. Air terjun Campuhan Namanya, yang berada di kabupaten Tabanan.

Air Terjun Campuhan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Perjalanan dari Denpasar menuju air terjun Campuhan tentunya tak membosankan karena hamparan sawah dan pepohonan masih setia menemani di sisi kiri dan kanan jalan. Selain rumah-rumah dan deret bangunan yang tentu saja masih ada di antaranya.

Jalanan aspal yang mulus pun, mengantarkan motor kami bebas melenggang hingga ke loket pembayaran. Kami cukup membayar sepuluh ribu rupiah saja untuk bisa menikmati keindahan alam dari air terjun Campuhan.

Karena Pandemi, diskon lima puluh persen!
Sumber: Dokumentasi pribadi.

Air terjun Campuhan sendiri bersembunyi di balik lekukan perbukitan Desa Antapan, di sana lah Ia memamerkan pesonanya. Sungai dan airnya yang jernih, seakan mengoda siapa pun yang berkunjung untuk mencumbuinya. Tak ayal, saya pun tergoda meski semula bermalas-malasan karena udara yang terasa dingin mengigit di tulang. Segera saya menganti pakaian, toilet sebagai wadah menganti baju pun cepat saya dapati. Selain jalan setapak yang terawat, dan tanaman hias di setiap sisinya, toilet sebagai kebutuhan pengunjung pun tersedia dengan baik.

Mendung yang Mengundang
Sumber : Dokumentasi pribadi

Di sana, batuan andesit hitam setinggi kurang lebih lima belas meter angkuh berdiri. Air nun jauh di atas, mengalir deras di permukaan batu tersebut. Mengalir lalu mengalur lantas membasahi batuan hitam yang di laluinya. Dan di sanalah ia, si air terjun Campuhan.

Pepohonan yang rimbun di sekeliling air terjun campuhan menambah suasana asri dan tenang menjadi padu. Di tambah tidak banyak orang yang berkunjung pada hari itu, selain saya dengan beberapa teman dan tiga orang pengunjung lainnya, yang sudah pasti dapat menikmati keindahan air terjun Campuhan tanpa terganggu oleh hiruk pikuk manusia-manusia yang lain.

Senang rasanya bisa menikmati suasana air terjun campuhan yang sepi dan sunyi. Serasa air terjun itu milik kami sendiri, yang pada hari itu bisa menikmatinya hingga puas. Egois? Boleh dikata demikian.

Tetapi bila di pikir-pikir, tentu akan lebih baik jika banyak orang yang berkunjung ke air terjun Campuhan. Selain karena akan dikenal banyak orang, lebih dari itu pengelola dan orang-orang yang bermukim di sekitarnya  akan mendapatkan dampak yang lebih baik untuk kehidupan  mereka.

Ah, tapi rasa-rasanya tidak juga. Bagaimana jika yang terjadi malah sebaliknya? Air terjun Campuhan yang semula asri dan anggun, tiba-tiba di eksploitasi dengan sporadis! Beberapa pohon terpaksa ditebang untuk penataan. Wahana-wahana permainan yang artifisial ditanam di bebatuannya. Lalu ramailah orang-orang berkunjung kesana. Pesta api unggun dilakukan! Orang-orang menari dengan bersuka ria sepanjang malam. Lantas, lutung-lutung pun menyingkir menuju tepi hutan, burung-burung pun enggan untuk bersiul Kembali.

Ah sudalah. Saya percaya air Terjun Campuhan akan selalu asri, dan terus ada. selagi kita yang mengunjunginya tetap sadar dan tahu, bahwa ciptaan Tuhan ada untuk dijaga. Lalu, apakah kamu mencintai alam juga? Semoga.


Link Lokasi : Air terjun Campuhan

Comments

yang lain dari getah damar