Ngomongin Hujan Tanpa Angin.

Masuk Angin.

Musim penghujan pelan mulai berlalu, berganti dengan nyala terik matahari yang menyengat. Angin malam mulai terasa lebih dingin dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Entahlah, sepertinya udara malam di musim kemarau jauh lebih menusuk dibanding musim penghujan. Apakah uap air yang sedikit pada musim kemarau, mempengaruhi pergerakan panas? sehingga menyebabkan suhu udara berubah drastis pada malam hari? Entahlah, logika ngawur sekilas terbersit dalam kepala ini.

kalian pun boleh sependapat, ataupun tidak.

Ya, cerita  diatas hanyalah secuil gambaran yang biasa terjadi beberapa tahun silam. Namun, tidak dengan tahun ini. Yang rasa-rasanya diawal bulan April, kita harus merasakan hujan lebat yang turun bersama dengan mendung pekat di penjuru langit. Belum lagi angin kencang yang datang dengan riuh dan ramai memporak-porandakan  seisi daratan. Seperti yang baru saja terjadi di Nusa tengara Timur dan sekitarnya. Duka dan rasa belasungkawa ini, besar saya haturkan untuk saudara kita yang menjadi korban. Memang, tiada yang bisa melawan alam. Jika sang empunya telah berkehendak, apapun itu maka terjadilah.

Dan tanpa menafikan keberadaan Tuhan, sudah selayaknya kita  sebagai manusia, wajib merenung serta menelisik peristiwa yang telah terjadi, serta berusaha memahami pesan yang tersirat didalamnya.

Rambut Tersibak, Tersapu Angin.
Sumber : Pixabay

Apakah air yang tercurah melimpah itu membawa kabar damai ditanah yang kering? Atau angin kencang yang berhembus riak dan ramai itu adalah penghibur kepada insan-insan yang sepi hati? Ah tidak juga. Bisa-bisanya ia dengan Sekonyong-konyong melalap daratan dengan buasnya. Bersamaan dengan gelondongan kayu dan lumpur tanah.

Yang jelas, ia membawa pesan.

Pesan tentang Manusia, Hati Nurani dan Alam. Ah, jangan lupakan pula Tuhan.



Yo wis, Sekian. 

Comments

  1. Pesan tentang Manusia, Hati Nurani dan Alam. Ah, jangan lupakan pula Tuhan. >>> Kalimat penutup yang manis, ananda Supridi. Salam sehat penuh berkah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Ibu, sama-sama. Salam sehat kembali untuk keluarga.

      Delete
  2. Yo wis

    hihihi... :D

    Manusia skrg udh byk yg semena2 terhadap alam mas... harusnya sadar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, Wis pada cuek. kaya nya kita juga ya? hehe selamat hari Bumi!

      Delete
  3. Disini hujan sudah mulai jarang bli, sepertinya akan berganti musim kemarau, angin semilir mulai terasa dinginnya di kala senja menyapa dan pagi mengintip... Adem...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, iya nih mulai dingin juga di sini. Mulai kemarau, siap-siap kedingingan kalau malam menjelang subuh.

      Delete
  4. Di sin di bulan April ini hampir tiap hari hujan, jadi bingung ini masih musim hujan atau udah musim kemarau atau musim hujan lagi memberi bonus?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, udah mulai bergeser musimnya. Ternyata perubahan iklim itu benar adanya

      Delete
  5. Akhir akhir ini banyak perubahan iklim, jadinya hujan deras di sertai angin kencang kerap terjadi, mungkin kah alam sudah bosan dengan ulah manusia dan menghukum balik?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sebab akibat. Tapi bila ditakdirkan rusak, setidaknya bisa diperlambat. Atau, seharusnya tidak rusak

      Delete
    2. Betul sih, harusnya bisa diperlambat misalnya dengan menanam pohon kembali yang banyak.

      Daerah sini biasanya musim kemarau air sumur tidak kering tapi sejak dua tahun ini kalo kemarau suka kering, mungkin karena banyak pohon ditebang jadi perumahan

      Delete
  6. Sama seperti di kotaku, kalau musim kemarau malah kerasa dingin udara malam hari.
    Kadang bikin gemeteran.

    Kebalikannya, kalau musim penghujan malam hari ngga kerasa adem.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, kayanya sama. Yang ngangenin kalau malam dinginnya gak ketulungan. Belum lagi aroma tanah kering diterpa angin malam yang semilir huuu syahdu

      Delete
  7. Saya terhenyak ketika ada kabar dari sana yang mengalami bencana hebat. Sungguh rasanya sedih sekali. Tak lama kemudian Malang juga mengalami gempa.
    Aku sadar, kita hidup di Indonesia, yang siap siaga dengan goyangannya.

    Semoga kita semua semakin siap untuk goyangan Indonesia.

    Keindahan selalu berbanding lurus dengan susahnya mendapatkan indahnya itu. Benar kan Kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, betul. Duka yang dalam juga untuk saudara-saudara kita yang ada di Malang. Semoga Senantiasa dalam lindungan yang Kuasa.

      Delete
  8. Awal awal lumayan puitis
    ke bawah scientific

    memang alam akan bekerja dengan caranya. Berhubungan pula dengan kita manusia yang beriringan dengannya. Jika kita hormat pada alam, maka alampun akan bersikap baik pada kita...Sebaliknya jika kita jahil dan menyebabkan kerusakan, alampun akan membalasnya dengan lebih kejam

    #kontemplatif mas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya Mbak Mbul. Semacam hukum sebab akibat. Memang benar kata pepatah, "Alam tidak membutuhkan manusia, namun manusialah yang membutuhkan alam!"n

      Thanks!

      Delete
  9. mas, di sini baru lepas hujan. hari-hari hujan. jauh sama sekali sangkaan sebelum ini. katanya sepanjang Ramadan, cuaca panas dan kering. tapi sebaliknya berlaku.

    tak apalah. anggap sahaja hujan itu membawa rahmat untuk kita semua ;-)

    ReplyDelete

Post a Comment

terimakasih telah membaca tulisan ini, saya sangat senang bila anda berkenan meninggalkan jejak. salam

yang lain dari getah damar