Pesan Singkat.

 

"Biner"

Suara deru mesin-mesin listrik berderam sepanjang hari di dalam ruang tertutup itu. Sebenarnya mereka hanyalah sekumpulan terminal-terminal listrik yang menyala dengan mengeluarkan bunyi bip..bip..bip..  Namun karena jumlah mereka yang banyak, dan dikumpulkan dalam satu ruang, maka tak heran bila suara berderam itu muncul sepanjang hari.

sumber : Pixabay

Lampu-lampu hijau berkedip-kedip, di iringi dengan suara bip-bip yang tak kunjung berhenti. Aliran listrik mengalir cepat melalui kabel-kabel daya itu. Di sana, seorang pria paruh baya tampak sibuk mengamati mereka semua dengan cermat. Jari telunjuknya tekun merunut lampu-lampu dan kabel-kabel yang saling terhubung. Tak di lewatkannya satupun mereka, barangkali ada yang terselip atau tertinggal? Ah tidak juga. Sangat teliti itulah ia, seorang petugas penghantar data pada ruang inti.

 Cepat, singkat dan data dengan waktu terkini, adalah salah satu hal yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi telekomunikasi. ya sama pesat dan cepatnya dengan suara-suara dan kedipan dari lampu-lampu ruang inti itu. Dan dari sanalah Ia bertugas  menghimpun data dari berbagai Menara telekomunikasi yang tersebar dari berbagai penjuru. Kemudian menghantarkannya ke berbagai sumber dan tujuan dari data tersebut. Ya, semacam terminal bus yang sibuk dengan lalu Lalang kendaraan dan hiruk pikuk penumpang.

Lalu dengan sedikit membungkuk, aku memindahkan beberapa tumpukan-tumpukan kabel yang mengumpal tak karuan. Memindahkan dari sisi atas, menuju sisi bawah. Kemudian merapihkan beberapa gulungan kabel yang mulai semrawut dengan menatanya sebaik mungkin. Tentu saja dengan terpaksa telingaku harus terbiasa dengan suara bip..bip..bip yang muncul senantiasa.

Tittt..tuliitt..

 gawai berlayar lebar milikku bergetar. Memberi isyarat bahwa aku harus segera membukanya. Kuraih gawai yang terselip di dalam saku celanaku. Aku tersenyum, ketika pesan dari Nuy terpampang jelas pada layar gawai.

“apa kabar?” tulisnya.

Aku tersenyum lagi, lalu kubalas pesan itu penuh semangat.

“baik, sebaik langit hari ini, dengan sedikit awan kelabu di tenggara. lalu kamu, apa kabar?” balasku cepat.

Tak berselang lama pesan yang terkirim olehku di balasnya cepat. tentu saja, suasana saling balas antar gawai, antar pulau miliku dan milik Nuy, mengalir deras. Pertanyaan seputar apa kabar, melebar menjadi pertanyaan-pertanyaan klise yang membuncah. Mulai ukuran sepatu, warna, buku, bahkan bau martabak manis kesukaannya pun menjadi topik obrolan yang penting.

Hingga tak dirasa, larut dalam kata-kata, membuatku tak hirau lagi terhadap suara bising dari terminal-terminal pada ruang inti itu. Bahkan Ketika sebuah panel listrik tiga phase tak sengaja tersentuh oleh jari-jariku.

Blar…!  seketika loncatan bunga api muncul dari panel listrik yang berwarna kelabu itu. Dan daya kejut listrik itu pun dengan sekejap menghentakan tubuhku, hingga  terpental sepuluh ubin jauhnya.



Suram. Seketika itu menjadi suram.

Lalu manusia berdoa,

Tuhan pun mendengar.

Lalu di ucapnya Amin.

Semesta pun bergetar.


Kemudian tanpa malu-malu,  sirine ambulan keras berteriak menghantarku...

Pulang.


Comments

  1. Hastaga, pergantian plotnya bikin kaget Kak. Tapi keren. Ini fiksi mini yang keren. Semangat Kak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kak Einid lagi. Terimakasih kak, makin semangat belajar menulis. salam.

      Delete

Post a Comment

terimakasih telah membaca tulisan ini, saya sangat senang bila anda berkenan meninggalkan jejak. salam

yang lain dari getah damar