cerita pendek ; hujan, dan rumpun bunga kamboja

"Rano"

“biasa saja ndut, gak usah yang aneh-aneh”

“tiga empat-ratus saja cukup, setidaknya bisa untuk makan  lima atau sepuluh orang”

“o iya, nanti kebaya ibuku pakai saja. Sudah ku sampaikan kemarin.”

“aku? Ah, gak usah bingung songkok bapak dan sarung tenunnya sudah cukup”

“nanti biar ibuk dan lek Mi yang mengurus dapur. Sudah kamu tenang saja. Perempuan kan gitu, kalau mau hari H nya gak boleh riweh. Nanti hilang sinarnya” 

“jadi gimana? Bapak ibukmu sudah oke kan? Jadi masalah tanggal dan tempatnya tinggal menunggu kesepakatan. Gak bagus  Ndut, kalau melangkahi orang tua”

“iya aku tahu, bapakmu keras Ndut. Tapi kamu tak usah takut. Aku kan lanang, pantang untuk menyerah sama bapak. Lagian, bapak gak gigit kan?”

lantas, mengapa ia menyala?
sumber : Pixabay

“kalau bapak ku oke-oke saja Ndut. Beliau memang begitu. gak mau terlalu ikut campur mengurusi urusan orang. Semua hal Ndut, kalung emas ibuk yang kejambretan, pipa septic tank yang bocor, bahkan genteng rumah yang jebol pun, bapak santai-santai aja. Seolah-olah bumi itu datar ndut, gak ada goyang-goyangnya.”

“tapi tenang saja, beliau orang yang baik. Selagi dilihatnya kita masih bisa dan kuat, beliau tak akan banyak beranjak untuk membantu.”

“waduh, di sini mulai mendung Ndut. Paling sebentar lagi hujan turun. Kamu gak percaya? Tuh lihat, di utara awannya sudah berat dan hitamnya pekat. Ah, tak apalah bila hujan.”

“Tapi kamu masih ingatkan, saat hujan yang turun waktu kita tak sengaja berteduh di warung yang sama di bulan basah itu?”

“ah, kamu pasti lupa, sini kuingatkan kembali tentang hal lucu yang terjadi waktu itu. Kita  yang tak sengaja bertemu karena hujan, terpaksa berteduh di tempat yang sama, yang tak ada siapa-siapa. Selain bibi penjaga warung yang cemas karena gorengannya perlahan digerayangi  oleh dingin yang nakal. Dinginnya  pun semakin  menjadi saat jagat raya bersekongkol  dengan  langit, dimintanya angin datang agar kita bisa merasakan betapa kejamnya si dingin waktu itu. Haha, klise? Tapi bila hatimu merasakan, pasti  ia pun akan mengiyakan.”

Baca juga :
“o iya,kamu pernah kan menanyakan satu hal padaku? Yang waktu itu aku hanya mengeleng dan tersipu. Tak bisa kuberi jawabnya langsung Ndut. Bukannya tak mau, namun waktu itu belum saat yang tepat. Ya, tanyamu waktu itu pertanyaan klise. Sama mudahnya dengan pertanyaan kenapa langit berwarna biru dan berubah merah saat senja tiba? Kenapa hanya ada satu putik diantara benang-benang sari pada sekelopak bunga turi?” sebenarnya itu mudah.

“Namun entah mengapa Ndut saat kau menanyakannya, tiba-tiba otak ku menjadi beku, jantungku jadi tak padu, hingga mulutku hanya mengatup saja dan diam tak bergeming”

“sama seperti kisah Taj Mahal. Jika cinta itu butuh alasan, tentunya Kaisar Shah Jahan tak akan bersusah payah membangun Taj Mahal sebagai bukti cinta terhadap kematian istrinya. Dan jika cinta itu butuh bukti, maka kita tak seharusnya ada di dunia ini Ndut.”

****

Selang beberapa lama, satu dua dan tiga, rintik air hujan  turun berramai-rami membasahi bumi. Daun dari pohon-pohon kamboja yang sedari tadi diam, lantas merunduk sedih dan basah.

“mas, mas Rano? Sudah mas, yuk pulang harinya hujan” seorang wanita paruh baya meraih tangan Rano yang sedari tadi melamun meratapi Pusara Ayu binti Abdul samid. Dengan bersusah hati, Pemuda yang tengah rapuh itu, berjalan terseok-seok meninggalkan pusara, ditemani derai air hujan yang menyamarkan air matanya.


ada yang berpesan,
jatuh cinta sewajarnya
mencintai seperlunya
namun untuk Tuhan, sepenuhnya. (.)

Comments

  1. cerpen yang penokohannya ditunjukkan lewat dialog tanpa menyebut nama atau deskripsi tokoh memang asyik, kalau tokohnya ada sepuluh itu itu yang bener2 tantangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah betul bang, terimakasih sudah membaca.

      Delete
  2. Aku kok jadi galau, cinta itu butuh bukti nggak sih? Orang-orang selalu mempertanyakan sebuah bukti tentang keberadaan cinta itu sendiri. Bukti seperti apa yang diinginkan? Bingung deh.
    Galau ah galau.
    Wkwkwk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tenang kak, jangan galau. memang cinta dan manusia memang begitu adanya. wkwk

      Delete
  3. Ini ceritanya mas Rano lagi di kuburan istrinya ya kak. Soalnya ada bunga Kamboja berjatuhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa jadi kak, hehe bisa istri, bisa pacar, adik atau bahkan kakak. hehe

      Delete

Post a Comment

terimakasih telah membaca tulisan ini, saya sangat senang bila anda berkenan meninggalkan jejak. salam

yang lain dari getah damar