Catatan perjalanan ; Panjat tebing di tebing Pegat Tulung agung jawa timur seru

"Diantara tebing-tebing Tulung Agung"

Tulungagung, sebuah kabupaten yang terletak di sisi barat provinsi Jawa Timur, merupakan tempat yang memiliki bentang alam yang menarik dan beragam untuk dikunjungi. Mulai dari pesona garis pantai pada kawasan pesisir selatan, seperti pantai Popoh, Coro Tulungagung, Ngalur, hingga deretan memanjang pegunungan Wilis disisi barat, seolah-olah sebagai benteng alami yang melindungi masyarakat Tulungagung dan sekitarnya. Selain itu, Tulungagung sendiri terkenal dengan daerah salah satu penghasil marmer dengan kualitas terbaik di Indonesia. Hal ini terbukti dengan digunakanya marmer Tulung Agung sebagai salah satu bahan pada lantai Masjid Istiqlal di Jakarta, seluas 17.300 m2 (sumber). Marmer sendiri ditambang pada daerah-daerah berkapur atau karst.



Tebing Pegat, diantara kabut pagi dan jejak kaki para Petani.


Selain marmer, sebagai salah satu potensi pada kawasan karst, ternyata ada salah satu potensi lain pada Kabupaten Tulungagung yang menarik untuk dikunjungi. Terlebih bagi yang menyukai olahraga petualangan dan menantang, yang memacu adrenalin, yaitu panjat tebing. Tepatnya di Desa Sawo, Kecamatan Campur Darat, terdapat sebuah tebing yang bernama Tebing Pegat. Tebing Pegat merupakan batuan karst, yang dominan berwarna putih kekuningan. Untuk mencapai Tebing Pegat, dapat ditempuh sekitar ± 1 jam dari Kota Tulungagung. Jalur panjat tebing pada Tebing Pegat, dibuat pada awal tahun 2017, dengan beberapa jalur pemanjatan yang telah dibuka. (sumber). Bagi yang hendak memanjat pada Tebing Pegat , tidak perlu khawatir mengenai kebutuhan air selama berkegiatan disana, karena terdapat sumber mata air pada sisi timur tebing. Selain itu, terdapat sungai yang mengalir pada daerah tersebut. Sehingga, untuk kebutuhan akan air bisa terpenuhi. Bagi yang merencanakan pemanjatan lebih dari satu hari, dan berniat untuk mendirikan tenda, tersedia lahan yang cukup luas dan datar sebagai tempat untuk mendirikan tenda. Namun saat mendirikan tenda harus diperhatikan, untuk tidak membuka tenda dijalur setapak yang ada. Karena, pada pagi harinya jalur setapak tersebut biasanya digunakan warga sebagai jalur menuju ladang untuk berkebun.

Tebing Pegat pada sudut yang lain.

Keseruan pengalaman pemanjatan pada Tebing Pegat sendiri, sudah pernah dirasakan oleh beberapa teman-teman dari KAPA’85, yang berstudi di Universitas Gajayana Malang. Mereka melakukan pemanjatan pada Tebing Pegat  sekitar bulan februari 2019 yang lalu. Kegiatan yang dilakukan, berkaitan dengan pendidikan panjat tebing, bagi salah satu anggota dari KAPA’85. Dan Tebing Pegat dipilih sebagai salah satu tebing prasyarat pendidikan panjat tebing, karena dianggap memenuhi kualifikasi yang diinginkan.

Panggil saja namanya Jefri, dia merupakan salah satu anggota dari KAPA’85 yang  sedang menempuh pendidikan Panjat tebing di Tebing Pegat . Mahasiswa yang mengambil jurusan Psikologi ini memang berniat untuk mendalami panjat tebing karena tertarik terhadap olahraga tersebut. Selain itu dia merasa panjat tebing adalah olahraga yang selain mengutamakan kekuatan, juga mengutamakan kecerdikan dalam setiap gerakan yang dilakukan selama pemanjatan.Yang menarik lagi, dia mengambil spesialisasi pendidikan panjat tebing ini seorang diri. Sebuah keberanian yang luar biasa, dan memang pantas ditunjukan oleh mental seorang pemanjat tebing.


Satu - Menyiapkan alat sebelum pemanjatan. Cek dan Ricek !

Dua - Pemanasan. Melenturkan semua otot, menghindari semua resiko Cidera. INI WAJIB !


Tiga - Ready!

Empat -  Pemanjatan Dimulai, Belayer oleh Oki, dan didampingi oleh Jesi

Dikarenakan seorang diri, jadi untuk mempersiapkan alat-alat yang digunakan saat pemanjatan, harus dipersiapkan sendiri. Mengulung tali, menata Carabiner, dan berbagai macam alat yang berkaitan dengan Safety pemanjatan, semua menjadi tanggung jawabnya. Namun tak melulu sendiri, karena selama persiapan Jefri juga didampingi beberapa mentor-mentor yang mengarahkan. Selain itu, untuk menjadi patner selama pemanjatan, Jefri ditemani seorang mentornya yang bernama Oqi. Mereka berdualah yang selama memanjat pada tebing Pegat menjadi patner. Ya, seorang pemanjat memerlukan patner dalam pemanjatan, entah untuk menjadi leader (perintis jalur pemanjatan), atapun menjadi belayer atau orang bertugas menjaga dan menjadi penambat bagi pemanjat, apabila akan terjatuh jatuh.

Pemanjatan dimulai pada pukul 06.22 WIB. Segala persiapan telah dilakukan sebelumnya. Mulai dari makan pagi, peralatan, serta pemanasan fisik. Jefri memulai pemanjatan pertama sebagai Leader. Pemanjatan pada enam meter pertama dilahap dengan mudah. Kontur tebing yang tidak terlalu curam, dan berbentuk scrambling (medan yang pemanjatan yang lebih landai, tidak curam), sehingga tidak menghabiskan banyak tenaga.

Pada beberapa bagian tebing, ditumbuhi rumput-rumput kecil serta beberapa pohon, yang tumbuh menempel pada dinding tebing. Terkadang rumput-rumput tersebut sedikit menganggu pemanjatan. Karena menutupi pandangan mata, terhadap celah dan tonjolan tebing, sehingga saat melakukan pemanjatan, Si Pemanjat, harus meraba-raba permukaan tebing terlebih dahulu, untuk mendapatkan pegangan maupun pinjakan, untuk menambah ketinggian. Selain rumput yang menganggu, semut-semut yang merayap pada permukaan tebing juga menjadi tantangan saat melakukan pemanjatan pada Tebing Pegat. Beberapa kali Jefri harus meringis kesakitan karena mata, kaki, serta tangannya dikerubungi, bahkan digigit oleh semut-semut tersebut.



Landscape Tebing Pegat - "Cari Aku !"  ujar Jefri.


Akhirnya, setelah beberapa jam memanjat, sebuah insiden terjadi. Jefri gambling!, Ia terjatuh sejauh ±6 meter. Berawal dari tangan yang  telah lelah kehabisan tenaga saat mencengkram batuan tebing, dan kaki yang tidak tepat saat memilih pijakan. Luka-luka pada bagian tangan, kaki serta beberapa bagian tubuh yang lain, menjadi bonus akibat insiden tersebut. Pemanjatan pun dihentikan, dengan wajah pucat pasi, tanpa senyum,  menjadikan suasana waktu itu seolah-olah suram. Bahkan menjadi lebih suram lagi, karena  pemanjatan dihentikan tanpa mencapai top dari Tebing Pegat, yang memiliki ketinggian ± 40 meter. Dan selesailah pemanjatan pada Tebing Pegat.

Namun, meski gagal mencapai top, pemanjatan pada Tebing Pegat Tulungagung tetap menyimpan kenangan yang  menarik, bagi siapapun yang mencoba memanjatnya. Memang, bukan salah satu tebing yang tertinggi, namun sensasi pada jalur yang ada memiliki "rasanya" sendiri, yang tetap layak dicoba bagi siapa saja yang menyukai olahraga panjat tebing. Dan Siapa berikutnya, apakah Kalian?




Salam,



"Setiap Kita adalah Pemanjat, 
Pada Tebing-Tebing Kehidupan.
Dan Setiap Doa Kita  adalah Pijakan."

Lalu Siapakah Penambat tali Panjatku?


Comments

Post a Comment

terimakasih telah membaca tulisan ini, saya sangat senang bila anda berkenan meninggalkan jejak. salam

yang lain dari getah damar